Puisi Papua

Puisi Revolusi Untuk Kaum Muda


KNPB Expo Waena

“Jika kami mati, jangan cari kubur kami di bumi, tetapi carilah di dalam hati para Pecinta.”
Kini saatnya kaum muda musti bergerak lagi, menjatuhkan rezim penindas rakyat, menumbangkan tirani pengkhianat rakyat. Kita sudah muak dengan basa-basi para penguasa, berpuluh tahun mereka telah membodohi kita.
Sementara para menir dan mullah leluasa terus-terusan menjajah kita, astaga!, pemerintah kita sudah cukup puas sekedar menjadi anjing penjaga. Cukup sudah jargon ekonomi dan agama mereka mainkan. Cukup sudah janji dan kebohongan mereka dengungkan. Mereka semua sama saja!, sama-sama menindas rakyat jelata, sama-sama menindas hak asasi kita.
Kini saatnya kaum muda musti bergerak lagi, menjatuhkan rezim penindas rakyat, menumbangkan tirani pengkhianat rakyat. Lekaslah lekas satukan barisan. Lekaslah lekas kepalkan tangan. Janganlah takut dengan retorika: “Rakyat mana yang kalian bela?”
Acungkan tinjumu kepada mereka, katakan: “Apa mata kalian buta? Apa telinga kalian tuli? Apa hati nurani kalian telah lama mati? Lihatlah, berjuta rakyat telah jadi pengangguran di negeri ini, berjuta rakyat telah dimiskinkan di negerinya sendiri. Dengarlah, jerit pilu bocah-bocah yang putus sekolah, juga kaum tani yang telah lama kehilangan tanah. Saksikan, betapa kebebasan beragama di negeri ini berakhir di ujung pentungan para preman berjubah. Wahai, kalian penjajah bangsa sendiri, pergi!, kalian bukan lagi pemimpin kami!”
Kini saatnya kaum muda musti bergerak lagi, menjatuhkan rezim penindas rakyat, menumbangkan tirani pengkhianat rakyat. Ini telah menjadi tugas sejarah kita, wahai kaum muda, berlawanlah! Di depan mata, terang-terangan para pengkhianat itu telah melecehkan hukum negara.
Di depan mata, terang-terangan para perampok itu telah menjarah kekayaan sumber daya alam negeri ini. Di depan mata, terang-terangan para politisi busuk berkedok agama itu berniat mengganti dasar negara. Apakah kita masih akan diam saja? Ini telah menjadi tugas sejarah kita, wahai kaum muda, berlawanlah!
Satukan hati dan pikiran: tanpa peluru atau bayonet, kita maju menentang ketidakadilan. Satukan hati dan pikiran: dengan tekad membara, kita maju mengabarkan pembebasan!
Lekaslah lekas satukan barisan. Lekaslah lekas kepalkan tangan. Kini saatnya kaum muda musti bergerak lagi, menjatuhkan rezim penindas rakyat, menumbangkan tirani pengkhianat rakyat.
Sejauh mana kita telah berteriak Untuk mengusir colonial NKRI Berangkulan bahu, bersatu padu hari demi hari,tiada rasa lelah Menjaga hasrat hati & harga diri sebuah ideologi
Tidak dapat kita hitung jauhnya jalan perjuangan Bersama-sama meniti berlumuran keringat darah.Namun waktu harus berlalu memisahkan arah tuju Tapi masih pada matahari yang sama, tujuan yang ingin kita gapai
Maka titik persimpangan kan selalu mempertemukan utk saling mengingatkan dan berbagi…
Ini
 hanya dinamika dari dimensi revolusi…begitu kata orang bijak…
maka
 raihlah yang patut untuk kita raih….

Maka untukmu sang demostran, sahabatku..lagu lama masihku nyanyikan…
“ayo rapatkan barisan, satu komando, satu tujuan, genggam jarimu lalu kepalkan tangan kirimu sbg simbol perlawanan”Salam Revolusi Kita Harus Mengakhiri”
                                                                          Vietnam,20 Oktober 2013



About Suara Duka Dari Papua

0 komentar:

Posting Komentar

silakan komentari

Diberdayakan oleh Blogger.