Deiyai, MAJALAH
SELANGKAH -- Razia judi, minuman keras, dan senjata tajam yang
digelar aparat gabungan Polri dan TNI dipimpin Kapolsek Tigi Ipda Indra Makmur,
Senin 23 September 2013 berakhir bentrok.
Alpius Mote, seorang pelajar kelas XII di SMA Negeri
Wagethe, Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua ditewas tertembak pada bentrok itu.
Alpius Mote adalah anak dari Pendeta Daud Mote.
Atas peristiwa ini, Juru bicara Polda Papua AKBP
Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan, penembakan terjadi karena warga tidak
menerima razia dan melempari aparat dengan batu.
Menurut AKBP Sulistyo Pudjo Hartono penembakan itu,
sudah sesuai dengan prosedur karena massa warga kian anarki.
Awalnya, kata Juru bicara Polda Papua, aparat tidak membalas, tapi warga semakin anarki. Karena warga semakin anarki dengan menyerang satu anggota TNI dari Koramil Wagete, aparat mengeluarkan tembakan peringatan ke atas.
Awalnya, kata Juru bicara Polda Papua, aparat tidak membalas, tapi warga semakin anarki. Karena warga semakin anarki dengan menyerang satu anggota TNI dari Koramil Wagete, aparat mengeluarkan tembakan peringatan ke atas.
Tapi massa terus bertindak anarki dengan melempar dan
memanah. Akhirnya, aparat melepaskan
tembakan ke arah massa.
Tembakan itu mengenai
Alpius Mote di bagian rusuk kanan
dan tembus ke belakang punggung. Alpius Mote
tewas dalam perjalanan dari Wagete menuju RSUD Paniai.
Sweeping Berlebihan
Pekerja Hak Asasi Manusia, Yones Douw kepada majalahselangkah.com , Rabu, (26/09/13)
berdasarkan informasi yang dihimpunnya dari saksi di lapangan mengatakan, razia yang dilakukan aparat Polisi dan TNI
berlebihan.
"Pemeriksaan berlebihan hingga memeriksa dalam
koteka. Aparat kalau sweeping dan telanjangi
itu bukan sweeping. Koteka itu pakaian adat dan alat penutup kemaluan
laki-laki pegunungan yang ada sejak dahulu. Siapa pun dia, harus dihormati.
Itulah yang memicu sebenarnya," katanya.
Yones menuding, kalau sampai mulai periksa koteka itu
berarti ada kepentingan tertentu.
"TNI/Polri menggap orang Papua itu bukan lagi manusia.
Karena, penembakan atas pelajar ini yang kedua kalinya di tempat yang sama.
Tahun 2004, aparat juga menembak mati Moses Douw. Ini sudah dua orang,"
katanya.
Warga Tidak Memanah
Pekerja Hak Asasi Manusia ini juga membantah pernyataan Juru bicara Polda Papua AKBP Sulistyo Pudjo
Hartono yang mengatakan masyarakat membawa panah dan memanah. "Masyarakat
tidak membawa panah dan tidak memanah TNI atau Polisi," katanya.
Hal senada dengan Yones,
dikatakan Yohanes Mote, aktivis di Deiyai.
"Saat kejadian saya ada
di sana. Masyarakat tidak bawa panah. Kami kecewa semua karena mereka periksa
juga koteka. Dalam koteka ada apa, ada alat kelamin saja to. Kami tanya, kalau
mau sweeping togel dan miras kenapa tidak hentikan. Miras dan togel polisi yang
biarkan supaya lewat itu kami orang Papua dibunuh dan ditembak seperti
ini," kata Yohanes.
Copot Oknum Polisi
Sehingga Yones kembali menegaskan, polisi Papua harus
dievaluasi total. "Kami minta Kapolri Papua harus evaluasi total polisi
Papua dan copot segera oknum polisi yang menembak mati pelajar. Alpius Mote
itu masih sekolah," katanya.
"Kami aktivis Hak Asasi Manusia melihat,
kekerasan di Papua bukan malah berkurang. Kekerasan di Papua terus meningkat di
masa Kapolda Papua, Irjen (Pol) Tito Karnavian. Ini harus dievaluasi total oleh Kapolri," pintanya.
Usut Tuntas
Sementara, Direktur Baptis Voice Matius Murib meminta
aparat kepolisian mengusut tuntas dan mengevaluasi personelnya.
Kata Matius, polisi harus memahami kondisi riil masyarakat di Deiyai. Pasalnya,
warga memiliki pemahaman dan respons yang berbeda dengan warga di tempat lain.
Menurutnya, yang dihadapi polisi adalah warga sipil. "Ini bukan kelompok bersenjata yang ada di hutan sana. Sehingga, kata dia, penyelesaian kasus juga diharapkan objektif dan apa adanya, tidak boleh sepihak."
Polda dan DPR Kirim TIM ke Deiyai
Menurutnya, yang dihadapi polisi adalah warga sipil. "Ini bukan kelompok bersenjata yang ada di hutan sana. Sehingga, kata dia, penyelesaian kasus juga diharapkan objektif dan apa adanya, tidak boleh sepihak."
Polda dan DPR Kirim TIM ke Deiyai
Kepolisian Daerah (Polda) Papua dipimpin Irwasda Polda
Papua Kombes Gede Sugianyar melakukan menyelidiki kasus ini di Deiyai.
Diberitakan, Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian
mengatakan, pihaknya belum mengetahui secara pasti apa penyebabnya.
Tetapi, kata Kapolda, berdasarkan informasi yang
diterimanya insiden itu terjadi saat aparat keamanan yang dipimpin Kapolsek
Tigi mengimbau agar masyarakat tidak membawa senjata tajam saat ke pasar, serta
tidak minum minuman keras dan berjudi.
Tidak hanya tim dari Polda yang turun ke Deiyai.
Tim DPRP juga membentuk tim investigasi untuk usut kasus
ini.
Kepada majalahselangkah.com, malam ini,
Ketua Komisi A DPR Papua Ruben Magai mengatakan, pihaknya akan membentuk
tim investigasi kasus itu.
"Tim
investigasi ini akan melibatkan
semua komponen seperti mahasiswa, LSM maupun Pers agar hasilnya
independen," katanya. (MS)
0 komentar:
Posting Komentar
silakan komentari