Press
Release KNPB
Sekum KNPB Ones Suhuniap dan Jubir Nasional Bazoka Logo |
Wilayah Papua Barat dalam NKRI
belum sah secara politik maupun secara hukum berdasarkan hukum Internasional,
karena hasil pepera 1969 penuh dengan manipulasi serta penuh dengan cacat Hukum
dan moral. Indonesia menduduki wilayah Papua Barat Ilegal
Pesta Demokrasi dan semua kebijakan politik kolonial
Indonesia diatas tanah Papua merupakan aktivitas illegal dan asing. West Papua
yang melingkupi Numbay sampai ke Merauke, dari Raja Ampat sampai ke Balim
(Pegunungan Bintang) dan dari Biak sampai ke Pulau Adi adalah sebuah wilayah
koloni baru dari Indonesia, yang keabsaannya belum final dibawah hukum
internasional.
Demokrasi (prosedural) ala neo-kolonialisme
Indonesia hanya menghipnotis rakyat West Papua dalam setiap Pemilihan Umum
(Pemilu), tetapi tidak berhasil menjamin kebebasan politik rakyat West Papua
dalam menentukan nasibnya sendiri. “Pesta Demokrasi” Indonesia di West Papua,
sangat jelas bertujuan untuk:
1.
Melahirkan
agen-agen kolonialisme;
2. Memperkokoh sistem
kolonialisme Indonesia;
3. dan hegemoni neo-kolonialisme
Indonesia.
Sistem Demokrasi kolonial telah menciptakan tatanan hidup rakyat Papua
yang tercerai-berai, tata kehidupan yang diskriminatif. Dalam kondisi
yang tidak menentu itu, rakyat West Papua digiring dalam perspektif demokrasi
kolonial yang menghendaki dan praktis membuat rakyat West Papua sebagian,
khususnya para elit politik partai menjadi budak yang tunduk menerima praktek
kolonialisme. Mereka hanya menjadi – dan dijadikan – boneka kolonial yang tidak
berdaya dan pasrah menerima semua paket politisasi kebijakan Jakarta.
Kita sedang menyaksikan Otonomi Khusus
(Otsus) yang dipaksakan sebagai solusi, lalu dibenturkan dan digagalkan Jakarta
dengan kebijakan lain, lalu saat ini mencobah “ditambal sulam” lagi dengan
Otsus Plus (Pemerintahan Papua). Pada saat yang sama, harga diri orang Papua
dipermainkan ketika MRP, DPRP, dan Gubernur di Papua tidak memiliki kewenangan
apapun, tidak berdayah, tidak dihiraukan, atau kasarnya hanya dijadikan boneka
penguasa yang tunduk pada perintah Jakarta.
Mental “nurut” dan mental “budak”
tidak ada dalam sejarah dan budaya orang Papua. Itu hanya ada dalam sejarah
Indonesia vs Belanda dan kini praktek kolonialisme ini diterapkan di West Papua
sebagai wilayah koloninya. Pemerintahan sipil di Papua hanya menjadi boneka
Jakarta dan tata kendali diambil oleh pemerintahan militer Indonesia di Papua.
Pemilu 2014 akan menjadi ajang
perburuan neo-kolonialisme dan kapitalisme di West Papua. Kepentingan neokolim
akan menempatkan agen-agen penguasa lokal dan nasional dalam mengamankan
kepentingnya. Yang tersisa dari agenda kolonial hanya konflik berdarah demi
keutuhan kolonialisme dan kapitalisme. Rakyat hanya puas dengan janji utopis
dari para kandidat caleg dan capres Kolonial. Selanjutnya penjajahan berlanjut,
penindasan berlanjut, pemusnahan berlanjut.
Kolonialisme Indonesia tidak akan
peduli pada hak berdemokrasi, yaitu hak memilih dan dipilih. Sebab, cara-cara
represif, rekayasa dan manipulasi hak suara sudah pernah dimulai sejak
pelaksanaan Pepera 1969 di West Papua, dan praktek berdemokrasi yang bobrok
itulah yang masih terus diterapkan. Oligarki kekuasaan menjadi nyata tatkala
resim kolonialisme Indonesia dipegang oleh para Jendral militer yang punya
record pelanggaran HAM di Papua nanti.
Hak politik bangsa Papua dalam Pemilu
kolonialisme Indonesia tidak berarti untuk melegitimasi Penguasa Kolonial
Indonesia diatas tanah West Papua. Keterlibatan rakyat dalam pemilu bukan
merupakan kesadaran kolektif rakyat Papua. Tetapi secara real, merupakan
manifestasi dari hegemoni Kolonial yang memaksa rakyat Papua untuk, mau tidak
mau, suka tidak suka, ikut meramaikan dalam ketidakpastian harapan.
Cita-cita bangsa Papua harus diuji
dalam suatu proses demokrasi yang umum dan tuntas, khusus terhadap bangsa West
Papua lewat referendum. Hal itu untuk menguji ideologi dan nasionalisme
kebangsaan Papua dan Indonesia. Sebab legitimasi politik tanpa dilandasi nilai
nasionalisme dan ideologi pada kakekatnya mubazir alias tiada arti. Artinya,
orang Papua yang ikut Pemilu tetapi tidak berlandaskan pada cita-cita ideologi
dan nasionalisme Indonesia itu percuma. Itu justru merupakan simbolisme
demokrasi.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia
dan para elit lokal Papua yang sedang bergemilang dalam Pemilu Indonesia harus
berhenti memberikan harapan utopis, karena tidak mungkin penjajah dan yang
terjajah hidup sejahtera bersama membangun wilayah koloni. Yang terjajah harus
diberikan ruang dan hak untuk memilih nasibnya sendiri. Praktek demokrasi dalam
negara-bangsa yang merdeka akan bermakna bila rakyat bangkit menentukan pilihan
berlandaskan ideologi dan nasionalismenya sendiri.
Referendum bagi West Papua adalah
satu-satunya jalur demokrasi tertinggi yang harus digelar. Indonesia harus
paham dan dewasa untuk melakukan kehendak dekolonisasi terhadap wilayah koloni
West Papua. Kolonialisme sudah harus ditinggalkan. Inggris membuktikan itu
terhadap referendum di Skotlandia pada September 2014 nanti. Oleh sebab itu kami Komite nasional Papua
(KNPB) sebagai media Rakyat Menyampaikan bahwa:
1.
Pesta
Demokrasi NKRI di papua Barat adalah Ilegal oleh karena itu Indonesia Segera
Berhenti semua kebijakan politik di West Papua.
2. Pemilu NKRI tidak
boleh di West Papua Dan solusinya Rakyat Papua Barat Melakukan Pesta Demokrasi
Hak Penentuan Nasib Sendiri [Self Determination] bagi West Papua Melalui
Mekanisme Internasional [Referendum].
3. Kami meminta PBB
untuk mengadakan referendum sejati antara masyarakat Papua dan biarkan kami
memutuskan untuk sekali dan selamanya apakah kami menginginkan kebebasan atau
pemerintahan Indonesia.
4.
KNPB
menghimbaukan kepada Rakyat Papua Sorong sampai merauke tidak ikut pesta
demokrasi NKRI baik legislatif maupun pilpers.
5. Menghimbau kepada
Rakyat Papua Barat sorong sampai merauke Bahwa segera mempersiapkan diri untuk
hak penetuan Nasib Sendiri Self Determination bagi bangsa Papua Barat
6. KNPB menghimbau
Kepada seluruh rakyat Papua Barat Bahwa dalam menghadapi pesta demokrasi tidak
melakukan kegiatan-kegiatan fisik.
7.
Pernyataan
ini kami keluarkan Resmi oleh KNPB dan Di pertanggung jawabkan oleh Parlemen
Rakyat Daerah [PRD, PNWP, IPWP, ILWP & FREE WEST PAPUA CAMPAIGN]
Demikian Pernyataan, Atas perhatian
kami sampaikan Berlimpah terima kasih.
BADAN PENGURUS PUSAT
KOMITE NASIONAL PAPUA
BARAT [ BPP-KNPB]
TTD TTD
Agus Kosay Ones Suhuniap
Ketua I SEKUM
Di PublikasikanOleh
JUBIR NASIONAL KNPB
TTD
Bazoka Logo
0 komentar:
Posting Komentar
silakan komentari