“Hal ini terjadi akibat perkembangan Papua saat ini yang maju pesat, terjadinya pemekaran kampung, distrik, Kabupaten/Kota dan Provinsi,” katanya kepada Suluh Papua, Rabu (04/09/2013).
Ia mengatakan, dalam sebuah penelitian yang dilakukan pihaknya, memang ditemukan ada bahasa yang langgeng dipertahankan hingga kini. “Namun ada tiga yang sudah punah, karena penuturnya cuma satu orang saja, seperti Bahasa Dusner dan Tandia,” katanya.
Kedua Bahasa Daerah tersebut terdapat di Teluk Wondama, sedangkan Bahasa ketiga adalah Bahasa Saponi yang berasal dari Distrik Waropen Bawah Kabupaten Waropen. “Keempat yakni Bahasa Tobati Enggros yang mulai tergeser di Kota Jayapura,” katanya.
Ia mengatakan, banyak bahasa di Papua ditemukan memiliki kemiripan. “Tetapi beda tempat tinggal Kampung atau Kabupaten saja, tapi artinya kadang sama,” katanya lagi.
Balai Bahasa kata dia mulai bulan Juli 2013, telah menetapkan 20 Daerah Pengamatan (DP) dalam kerangka meneliti pergeseran bahasa ibu. “Tim yang turun penelitian sebanyak enam orang, tiga Peneliti Bahasa Sastra Daerah, dua penerjemah cerita rakyat, dan dua penyusun bahan ajar muatan lokal untuk di gunakan SD-SD di seluruh Tanah Papua,” jelasnya.
Hasil daripada program ini, selanjutnya akan diusulkan dimasukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. (C/CR2/R4)
Sumber : http://suluhpapua.com/read/2013/09/05/tiga-bahasa-di-papua-ditemukan-telah-punah/
0 komentar:
Posting Komentar
silakan komentari